SOUL HEALING - Dalam Hipnoterapi

Konflik Pernikahan, Energi Internal, dan Transformasi Melalui Hipnoterapi. (Kasus Pak Putra (Nama Samaran).


Pak Putra, seorang ayah dengan dua anak kecil, datang untuk menjalani sesi hipnoterapi dengan membawa beban konflik rumah tangga yang sudah berlangsung lama. Ia meyakini bahwa istrinya menjalin hubungan dengan rekan kerja, karena beberapa kali melihat keduanya pulang bersama di luar jam kerja. Meskipun sering ia tuding, sang istri tidak pernah mengakui adanya perselingkuhan. Situasi ini memicu pertengkaran berulang yang hampir selalu berujung pada keinginan sang istri untuk bercerai.

Berbeda dengan istrinya, Pak Putra tetap ingin mempertahankan rumah tangga mereka. Ia berpegang pada keyakinan bahwa pernikahan adalah ikatan suci yang tidak seharusnya diputuskan oleh manusia. Karena itu, ia menolak permintaan cerai dan berusaha dengan berbagai cara agar hubungan keluarga tetap bertahan.

Proses Hipnoterapi: Hambatan Emosional dan Energi Internal

Dalam sesi hipnoterapi, Pak Putra awalnya mengalami kesulitan memasuki kondisi trance. Ada blokade kuat yang terasa menghambat proses. Ketika saya menanyakan apakah ada sesuatu yang mungkin menjadi penghalang, Pak Putra sempat terdiam. Namun ketika ia bersedia melanjutkan instruksi, ia mendadak merasakan sakit hebat di kepala dan dada hingga membuatnya terkejut dan terbangun.

Setelah saya menanyakan kemungkinan adanya bentuk perlindungan spiritual atau ritual tertentu yang pernah ia lakukan, barulah Pak Putra mengakui bahwa ia memiliki (pengakuannya) sebuah *kodam* yang diberikan untuk melindungi dirinya. Dengan pendekatan yang tepat, akhirnya ia bersedia melepaskan energi tersebut, meskipun ia tidak tahu bagaimana caranya.

Saya kemudian memandu kembali proses masuk ke kondisi trance. Setelah melewati beberapa hambatan, Pak Putra berhasil mencapai gelombang otak Theta menuju Delta—kondisi paling dalam yang memungkinkan akses ke berbagai aspek energi internalnya. Di sini, muncul sosok yang mengaku sebagai leluhur yang telah meninggal ratusan tahun lalu, yang dulunya “dimasukkan” ke dalam diri Pak Putra melalui sebuah ritual oleh anggota keluarganya. Setelah melalui dialog terapeutik, sosok tersebut akhirnya bersedia melepaskan keterikatannya dan “kembali menuju Cahaya.”


Mengungkap Akar Masalah: Emosi, Perselingkuhan, dan Luka Batin

Ketika proses hipnoterapi dilanjutkan untuk mengidentifikasi akar konflik pernikahan, ditemukan beberapa aspek yang saling berkaitan:

  1. Sikap kasar dan emosional. Energi dari kodam yang melekat pada Pak Putra memperkuat sifat dasar emosionalnya sehingga ledakan amarah lebih mudah muncul. Hal ini memperburuk interaksi dengan istrinya.
  2. Perselingkuhan di masa lalu. Dorongan energi tersebut juga membuat Pak Putra terjerumus dalam perselingkuhan dengan seseorang yang bekerja sebagai pembantunya. Sang istri mengetahui hal ini. Walaupun mereka sempat menyelesaikannya secara damai dan saling memaafkan, luka di hati istrinya ternyata tertanam sangat dalam.
  3. Luka batin yang tidak sembuh. Dalam alam bawah sadar istrinya, tersimpan perasaan tidak dihargai, tidak dianggap, dan terus-menerus disakiti. Setiap kali melihat suaminya, luka itu kembali terbuka, menciptakan rasa benci yang tumbuh perlahan namun pasti.
  4. Menjauh secara emosional maupun fisik. Karena tekanan batin, istrinya mulai menghindar, lebih sering berkeluh kesah kepada teman kerjanya, dan tidak lagi pulang tepat waktu. Ia juga mulai tidak menjalankan perannya sebagai istri sebagaimana biasanya—baik dalam urusan rumah tangga maupun hubungan suami istri.

Kecurigaan Pak Putra mengenai perselingkuhan justru memperbesar jarak antara keduanya. Tuduhan tersebut memicu pertengkaran hebat yang membuat istrinya semakin mantap untuk meminta perceraian karena merasa terus disalahkan.


*Soul-to-Soul Therapy: Pilihan Jiwa Sang Istri

Melalui soul-to-soul therapy, jiwa sang istri menunjukkan satu keputusan yang berulang: keinginan untuk berpisah terlebih dahulu. Baginya, jarak adalah jalan yang paling netral dan aman—baik untuk dirinya maupun untuk kemungkinan memperbaiki hubungan dalam jangka panjang. Keputusan itu bukan karena ingin menghancurkan pernikahan, tetapi karena ia membutuhkan ruang untuk memulihkan diri dari luka yang telah terlalu lama ia pendam.

*Pelajaran Penting dari Kasus Ini
  • Kesucian pernikahan adalah tanggung jawab bersama. Pernikahan adalah pilihan sadar yang kita buat. Karena itu, jagalah dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Jangan menyalahkan siapa pun atas pilihan yang kita ambil sendiri. 
  • Hindari ketergantungan pada energi atau entitas spiritual apa pun. Penggunaan “kodam” atau bentuk perlindungan non-ilmiah lainnya dapat memengaruhi kondisi emosi, pikiran, bahkan kualitas hidup secara keseluruhan. Energi semacam ini dapat mengacaukan keharmonisan keluarga, rezeki, kesehatan, serta keseimbangan jiwa. 
  • Berlindunglah hanya pada Tuhan Yang Maha Esa. Perlindungan ilahi tidak memiliki pamrih dan tidak membawa dampak negatif bagi kejiwaan. 
  • Selesaikan apa yang pernah Anda mulai.  Apa yang telah Anda ikrarkan di hadapan Tuhan adalah amanah. Bila ada masalah, hadapilah dengan kesadaran, bantuan profesional, dan niat untuk memperbaiki diri.

*Semoga sharing kasus diatas, kita semua dapat belajar banya hal dan semakin memahami bahwa perjalana kehidupan ini selalu bersandar pada kasihNya hanya padaNya kita berlindung.
Salam Bahagia.